SEJARAH ORDO FRANSISKAN SEKULAR (2)
SEDIKIT CATATAN TENTANG GERAKAN PARA PENTOBAT
Seorang ahli sejarah Fransiskan, Pater Raffaelle Pazelli TOR, banyak menulis tentang Sejarah Ordo Ketiga. Satu bukunya yang ditulis dalam bahasa Italia dan diterjemahkannya sendiri ke dalam bahasa Inggris adalah “ST. FRANCIS AND THE THE THIRD ORDER”.
Menurut Pazelli, dan juga kebanyakan ahli yang lain, tarekat/ordo para pentobat itu muncul dengan sendirinya di dalam Gereja. Gereja dalam sejarahnya mempunyai beberapa peraturan dan ketentuan yang cukup ketat dan keras untuk mereka yang berdosa berat setelah dibaptis. Apabila seseorang yang pernah dibaptis dan jatuh ke dalam dosa berat, entah macam apa dosa berat itu, maka dia harus menjalani masa percobaan baru. Setelah sekian banyak tuntutan itu dipenuhi oleh yang bersangkutan, maka dia pun mulai diterima lagi ke dalam pangkuan Bunda Gereja sebagai seorang anggota penuh. Praksis ini sebenarnya mempunyai dasar dalam ajakan Injil, yang dikembangkan oleh Gereja, sejak abad-abad pertama. Dalam studinya tentang tarekat para pentobat ini, misalnya Joseph A. Favazza, dalam bukunya THE ORDER OF PENITENTS – HISTORICAL ROOTS AND PASTORAL FUTURE, memberi sejumlah kesaksian dari sejumlah Bapak Gereja (setelah zaman para rasul). Kesaksian-kesaksian tersebut menjadi bukti bahwa memang tarekat para pentobat ini dapat dikatakan setua Gereja sendiri: Clement dari Roma (c. 95-98); Ignatius dari Antiokhia (c. 110), Didakhe (c. 130-140), Polikarpus dari Smyrna (c. 135) dan seterusnya (lihat JAF, hal. 81 – 120).
SEDIKIT CATATAN TENTANG GERAKAN PARA PENTOBAT
Seorang ahli sejarah Fransiskan, Pater Raffaelle Pazelli TOR, banyak menulis tentang Sejarah Ordo Ketiga. Satu bukunya yang ditulis dalam bahasa Italia dan diterjemahkannya sendiri ke dalam bahasa Inggris adalah “ST. FRANCIS AND THE THE THIRD ORDER”.
Menurut Pazelli, dan juga kebanyakan ahli yang lain, tarekat/ordo para pentobat itu muncul dengan sendirinya di dalam Gereja. Gereja dalam sejarahnya mempunyai beberapa peraturan dan ketentuan yang cukup ketat dan keras untuk mereka yang berdosa berat setelah dibaptis. Apabila seseorang yang pernah dibaptis dan jatuh ke dalam dosa berat, entah macam apa dosa berat itu, maka dia harus menjalani masa percobaan baru. Setelah sekian banyak tuntutan itu dipenuhi oleh yang bersangkutan, maka dia pun mulai diterima lagi ke dalam pangkuan Bunda Gereja sebagai seorang anggota penuh. Praksis ini sebenarnya mempunyai dasar dalam ajakan Injil, yang dikembangkan oleh Gereja, sejak abad-abad pertama. Dalam studinya tentang tarekat para pentobat ini, misalnya Joseph A. Favazza, dalam bukunya THE ORDER OF PENITENTS – HISTORICAL ROOTS AND PASTORAL FUTURE, memberi sejumlah kesaksian dari sejumlah Bapak Gereja (setelah zaman para rasul). Kesaksian-kesaksian tersebut menjadi bukti bahwa memang tarekat para pentobat ini dapat dikatakan setua Gereja sendiri: Clement dari Roma (c. 95-98); Ignatius dari Antiokhia (c. 110), Didakhe (c. 130-140), Polikarpus dari Smyrna (c. 135) dan seterusnya (lihat JAF, hal. 81 – 120).